fbpx

Hari Ke 4

Menemukan Berlian di Dalam Diri Anak Anda

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, kita kembali bertemu dalam rangkaian kulwa ini. Hari ini, kita akan membahas tentang bagaimana menemukan berlian yang ada di dalam diri anak-anak kita.

Pernahkah kita berpikir bahwa di dalam diri setiap anak ada berlian yang tersembunyi? Iya, berlian yang saya maksud adalah bakat dan potensi luar biasa yang Allah tanamkan dalam diri setiap anak. Tugas kita sebagai orang tua adalah menemukan berlian itu, menggali, dan mengasahnya agar bersinar terang. Di era digital seperti sekarang, ada banyak cara baru dan menarik untuk mengetahui bakat anak. Yuk, kita bahas bagaimana caranya!

1. Pahami Otak Anak dan Kecerdasan Majemuk

Dalam neurosains, kita tahu bahwa otak anak berkembang dengan sangat pesat, terutama di masa-masa awal kehidupan mereka. Otak ini terbentuk dari berbagai jaringan yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan tertentu, seperti keterampilan bahasa, logika, seni, atau gerak. Hal ini mendukung konsep kecerdasan majemuk yang diperkenalkan oleh Howard Gardner, di mana setiap anak bisa jadi memiliki kecerdasan yang berbeda-beda — ada yang lebih dominan di kecerdasan linguistik, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dst.

Ini artinya, tidak semua anak harus jago matematika atau pandai berbicara di depan umum. Mereka mungkin memiliki kecerdasan lain yang belum kita sadari. Bayangkan otak anak seperti taman bunga yang luas dengan berbagai jenis bunga. Setiap bunga adalah kecerdasan atau bakat yang bisa mekar kalau kita rawat dengan baik.

2. Perhatikan Apa yang Membuat Anak Bersemangat

Tugas Ayah dan Bunda: Mulailah memperhatikan apa yang membuat mata anak berkilau. Apa yang mereka lakukan dengan antusias tanpa perlu disuruh? Di era digital ini, bisa jadi mereka suka menggambar di tablet, membuat video pendek, atau bahkan membuat kode untuk game sederhana. Jangan abaikan minat mereka hanya karena terlihat berbeda dari aktivitas kita dulu. Justru, minat ini bisa jadi petunjuk awal tentang bakat mereka.

Ilmu Tentang Otak: Saat anak melakukan aktivitas yang mereka sukai, otak mereka melepaskan dopamin, neurotransmitter yang memicu rasa senang dan puas. Ini adalah tanda bahwa mereka merasa bahagia dan terlibat penuh dalam aktivitas tersebut. Jadi, jika Ayah dan Bunda melihat anak melakukan sesuatu dengan penuh semangat dan fokus, besar kemungkinan mereka sedang mengasah berlian di dalam diri mereka.

3. Eksplorasi Beragam Aktivitas

Jangan ragu untuk mengenalkan anak pada berbagai aktivitas yang berbeda. Mulai dari seni, masak, berkebun, olahraga, hingga teknologi. Di era digital ini, banyak platform yang bisa membantu anak belajar dan mengembangkan minat mereka, seperti aplikasi coding, game edukasi, atau tutorial seni di YouTube. Dengan mengeksplorasi berbagai aktivitas, kita bisa melihat mana yang membuat mereka paling bersemangat.

Tips Praktis:

  • Ajak Anak ke Workshop atau Kelas Daring: Cari tahu apakah ada workshop atau kelas daring yang sesuai dengan minat anak. Misalnya, kelas menggambar digital atau kursus robotika untuk anak-anak.
  • Gunakan Aplikasi Edukasi: Manfaatkan aplikasi seperti Duolingo untuk belajar bahasa, Scratch untuk coding.

Ilmu tentang Otak : Otak anak seperti spons yang siap menyerap banyak hal baru. Eksplorasi berbagai aktivitas dapat merangsang perkembangan neural pathway atau jalur saraf di otak mereka, yang memperkaya pengalaman dan keterampilan mereka.

4. Berikan Kebebasan untuk Bermain dan Mencoba Hal Baru

Anak-anak belajar banyak melalui bermain. Di era digital, bermain tidak hanya berarti bermain di luar rumah, tapi juga bermain di dunia virtual. Tapi, Ayah dan Bunda perlu tetap mengawasi jenis permainan dan konten yang diakses. Pastikan konten tersebut tidak hanya menghibur, tapi juga edukatif dan mendorong kreativitas.

Tips Praktis:

  • Tetapkan Waktu Bermain yang Seimbang: Biarkan anak bermain game yang mereka sukai, namun batasi waktu dan pastikan ada kegiatan fisik yang menyeimbangkannya.
  • Ajak Bermain Bersama: Misalnya, bermain game edukasi bersama anak atau membuat proyek seni bersama.

Manfaat dari Perspektif Neurosains: Bermain secara aktif merangsang otak kanan yang bertanggung jawab untuk kreativitas dan pemecahan masalah. Dengan memberikan ruang untuk bermain, kita membantu anak mengembangkan keterampilan ini.

5. Ajarkan Anak untuk Menetapkan Tujuan Kecil

Ajak anak untuk menetapkan tujuan kecil berdasarkan minat mereka. Misalnya, jika anak suka menggambar, ajak mereka untuk membuat proyek menggambar 3 macam bunga atau landscape selama satu minggu. Atau, jika mereka tertarik pada masak, coba ajak mereka memasak 3 variasi kue dalam sepekan.

Ilmu Motivasi: Penetapan tujuan kecil ini tidak hanya membantu anak untuk fokus dan disiplin, tetapi juga merangsang prefrontal cortex — bagian otak yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian diri. Ketika anak menyelesaikan tujuan kecil mereka, otak mereka kembali melepaskan dopamin, yang memberikan dorongan motivasi untuk melanjutkan tantangan berikutnya.

6. Berikan Apresiasi pada Proses, Bukan Hanya Hasil

Di era digital ini, kita sering terjebak pada hasil instan, baik itu dalam bentuk nilai, penghargaan, atau likes di media sosial. Tapi, penting bagi kita untuk menghargai proses yang dilakukan anak. Misalnya, ketika mereka membuat kue pertama mereka, puji usaha dan kreativitasnya, bukan hanya jumlah view yang didapat.

Manfaat Psikologis: Mengapresiasi proses membantu anak untuk mengembangkan growth mindset — keyakinan bahwa kemampuan dapat berkembang melalui usaha dan ketekunan. Ini sangat penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di masa depan.

Perlu Ayah dan Bunda ketahui, bahwa anak-anak yang memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai kegiatan cenderung memiliki tingkat kreativitas dan inovasi yang lebih tinggi. Selain itu, mereka juga lebih mungkin untuk menemukan bakat dan kemampuan unik yang ada dalam diri mereka.

Tugas untuk Orang Tua

Hari ini, kita akan melakukan sedikit renungan bersama untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana kita, sebagai orang tua, dapat membantu menemukan “berlian” di dalam diri anak-anak kita. Kita akan mengambil inspirasi dari kisah para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, yang masing-masing memiliki “berlian” atau keistimewaan yang berbeda-beda. Mari kita renungkan bersama!

1. Renungkan Kisah Para Sahabat dengan Keistimewaan yang Berbeda-beda

Allah menciptakan setiap orang dengan keunikan dan potensi yang berbeda, termasuk para sahabat Nabi Muhammad ﷺ.

“Orang yang paling sayang dari umatku kepada umatku adalah Abu Bakar, yang paling tega sdalam urusan agama Allâh adalah ‘Umar, yang paling besar rasa malunya adalah ‘Utsmân bin ‘Affân, yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Mu’âdz bin Jabal, yang paling banyak menguasai ilmu faraidh Zaid bin Tsâbit, yang paling menguasai qira`ah Al-Qur`ân adalah Ubay bin Ka’ab. Dan setiap umat memiliki orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrâh Radhiyallahu anhu”[1]

Dalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan setiap Sahabat beliau di atas dengan keistimewaan yang membedakannya dari yang lain.

Mari kita lihat beberapa contoh profesi dan keahlian dari para Sahabat :

  • Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه: Seorang pedagang yang kaya dan dermawan yang luar biasa.

  • Umar bin Khattab رضي الله عنه:  Dia adalah sosok pemimpin yang tegas namun sangat adil. 

  • Utsman bin Affan رضي الله عنه: Utsman dikenal karena kedermawanannya. Dia adalah seorang yang pedagang yang kaya raya. 

  • Bilal bin Rabah رضي الله عنه: Seorang muadzin dengan suara yang lantang dan dipilih langsung oleh Nabi shallahu’alaihi wa sallam.

  • Khalid bin Walid رضي الله عنه: Seorang panglima perang yang dijuluki Saifullah (pedangnya Allah).

  • Aisyah رضي الله عنها : Ibunda kaum mukminin yang cerdas, namun juga pandai dalam hal ilmu pengobatan. 
  • Rufaidah binti Sa’ad رضي الله عنها : Seorang perawat muslim pertama dalam Islam.
  • Dll

2. Tugas Reflektif untuk Orang Tua

Langkah 1: Bacalah kembali kisah-kisah para sahabat Nabi Muhammad ﷺ dan renungkan bagaimana mereka menemukan dan mengasah “berlian” di dalam diri mereka. Pikirkan bagaimana karakter dan bakat unik mereka berkontribusi terhadap perkembangan Islam.

Langkah 2: Luangkan waktu sejenak untuk merenung dan menuliskan jawaban atas pertanyaan berikut di jurnal Anda:

  • Apa “berlian” atau bakat unik yang saya lihat dalam diri anak saya? Pikirkan satu atau dua hal yang anak Anda lakukan dengan baik atau mereka sukai. Bisa jadi anak Anda punya empati yang tinggi seperti Abu Bakar, keberanian seperti Umar, atau ketekunan seperti Bilal.

  • Bagaimana saya bisa membantu mengasah “berlian” ini lebih baik lagi? Pikirkan langkah-langkah kecil yang bisa Anda ambil, seperti mendukung minat anak, memberikan kesempatan untuk mencoba hal baru, atau memberikan apresiasi pada proses mereka, bukan hanya hasil akhirnya.

Langkah 3: Setiap malam, sebelum tidur, bacalah renungan Anda bersama pasangan atau sendirian. Renungkan bagaimana kisah para sahabat bisa menginspirasi Anda untuk mendukung dan mengasah potensi anak Anda. Berdoalah kepada Allah agar diberi kebijaksanaan dalam membimbing anak sesuai dengan bakat dan potensi mereka.

3. Menghubungkan dengan Era Digital

Dalam era digital ini, banyak cara untuk mendukung anak menemukan dan mengasah “berlian” di dalam diri mereka. Misalnya, jika anak menunjukkan minat dalam teknologi seperti Khalid dalam strategi, Anda bisa mendukungnya dengan kursus coding atau robotika. Jika mereka lebih artistik seperti Ali yang bijaksana dan puitis, Anda bisa menyediakan aplikasi seni digital atau mendaftarkan mereka ke kelas seni online. Jangan lupa untuk terus memberikan dukungan dan pujian yang tulus pada usaha mereka.

Semoga kita semua dapat menjadi orang tua yang mampu mengenali dan mengasah potensi terbaik yang ada dalam diri anak-anak kita. Dengan izin Allah, mereka akan tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Danang H Alifianto CCLS, CTRS, CCHS

Pola Asuh Positif

Rujukan :

[1] Hadits shahîh. Dishahihkan oleh Al-Albâni dalam ash-Shahîhah no.1224